BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam ilmu ekonomi, untuk melihat keseimbangan
pendapatan nasional dilakukan dengan beberapa cara, (1) keseimbangan ekonomi
dua sektor, dimana hanya terdiri dari rumah tangga dan perusahaan, (2)
keseimbangan ekonomi tiga sekor, yang objek kaijannya terdiri dari
rumah tangga, perusahan dan pemerintah, dan (3) keseimbangan ekonomi empat
sekor, yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan kebijakan
luar negeri.
Keseimbangan ekonomi tiga sektor merupakan suatu
materi yang perlu dipelajari dan diperhatikan karena terdapat peranan dan
pengaruh pemerintah dalam suatu perekonomian.
Akhir-akhir ini ekonomi Islam hadir dalam konsep yang
diinginkan oleh masyarakat luas, sekaligus membantah anggapan bahwa Islam hanya
berurusan dengan ukhrawi saja, namun juga urusan duniawi,
yang menjadi sarana untuk mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat (falah)
nanti . Di dalam ekonomi Islam terdapat juga ekonomi tiga sektor yang dikenal
dengan perekonomian tertutup dengan kebijakan pemerintah, materi ini sangat
menarik untuk dibicarakan karena akan tedapat perbedaan mendasar antara ekonomi
Islam dan ekonomi konvensional yang terus mewabah di negeri ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup dengan
Kebijakan Pemerintah
Analisis pendapatan nasional pada perekonomian
tertutup dengan kebijakan pemerintah membagi aktivitas perekonomian dalam 3
pelaku utama, yaitu rumah tangga (household), perusahaan (firm),
dan pemerintah (government).[1]
Dengan kata lain dalam perekonomian tersebut terdapat campur tangan pemerintah
melalui pengeluaran konsumsi pemerintah.[2]
Adanya unsur pemerintah menimbulkan dua konsekuensi
perhitungan pendapatan nasional, yaitu dari sudut pengeluaran memunculkan
pengeluaran pemerintah (government expenditure) dan dari sudut
penerimaan memunculkan komponen pajak (tax).[3]
Sisi pengeluaran dalam perekonomian ini terdiri dari pengeluaran rumah
tangga, pengeluaran perusahaan, dan pengluaran dari sektor pemerintah. Kemudian
dari sisi pendapatan mengggambarkan pendistribusian pendapatan oleh rumah
tangga untuk pengeluaran konsumsi, pengeluaran untuk membayar pajak pada sektor
pemerintah dan sisanya ditabung.
Apabila pemerintah memberikan subsidi atau tunjangan
lainnya pada sektor rumah tangga, maka subsidi atau tunjangan lainnya ini
ditambahkan kepada masyarakat. Atau dengan kata lain pendapatan masyarakat akan
bertambah apabila terdapat subsidi atau tunjangan lainnya yang diberikan oleh
sektor pemerintah.[4]
Perhitungan pendapatan dari sudut pengeluaran menjadi:
Y = C + I + G
Dimana:
C = consumtion (pengeluaran yang
dilakukan rumah tangga)
I = investmen (pengeluaran yang
dilakukan perusahaan)
G = government expenditure (pengeluaran
yang dilakukan pemerintah)
Sedangkan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut
penerimaan menjadi: Y = C + S + T
Dimana:
S = saving atau tabungan
T = tax atau pajak
Jika pemerintah memberikan subsidi atau tunjangan lainnya (transfer
payment/Tp) kepada rumah tangga maka persamaannya berkembang menjadi:
Y = C + S + T – Tp.[5]
Di bawah ini beberapa kebijakan dari pemerintah dalam perekonomian tertutup
:
1. Kebijakan
Fiskal
Pengertian Kebijakan Fiskal menurut beberapa para
ahli, yaitu:
Menurut Jaka Wasana dan Kirbrandoko; Kebijakan fiskal
yakni segala sesuatu yang menyangkut penggunaan pengeluaran pemerintah dan
kebijakan pajak. Karena pengeluaran pemerintah akan menambah permintaan agregat
sementara pajak menguranginya, arah perubahan pengeluaran dan perpajakan yang
dikehendaki pada umumnya gampang ditentukan begitu kita mengetahui arah
perubahan pendapatan nasional yang diinginkan. [6]
Menurut Thomas F. Dernburg; kebijakan
fiskal adalah perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan pajak dirancang untuk
mempengaruhi tingkat aktivitas perekonomian. Kebijakan fiskal memiliki 3
pengaruh yang berbeda. Peningkatan dalam pengeluaran atau pengurangan pajak
secara langsung, menambah pengeluaran agregat atau secara tidak langsung dengan
mempengaruhi konsumsi.Selain pengaruh-pengaruh pengeluaran ini terdapat dampak
finansial yang dihasilkan oleh metode pembiayaan defisit. Terdapat pengaruh
sampingan penawaran yang mungkin timbul apabila belanja pemerintah meningkatkan
prasarana produktif atau bila pajak yang lebih rendah meningkatkan rangsangan
untuk berproduksi.[7]
2. Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter (monetary policy) adalah
kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan
perubah jumlah uang bredar (money supply) dan tingkat bunga (interes
rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand)
dan mengurangi ketidak stabilan di dalam perekonomian.[8]
Kebijakan moneter dalam perekonomian Islam juga
diharapkan menyumbangkan upaya yang berarti terhadap pemberantasan kemiskinan
dan pengurangan ketidak adilan pendapatan dan kekayaan. Dalam konteks ajaran
Islam, secara khusus hal ini akan mempersyaratkan :
a.
Penghapusan
pengeluaran yang berlebih-lebihan dan pemborosan terhadap pemakaian sumber
daya,
b.
Pengekangan
transaksi spekulatif,
c.
Peningkatan
kesempatan kerja dan
d.
Peraturan mengenai
penggunaan sumber daya keuangan sistem perbankan untu membantu mencapai
pertumbuhan dan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh perekonomian Islam.[9]
3. Kebijakan
Pendapatan
Kebijakan pendapatan (income policy) atau
disebut kebijakan harga dan upah (price and wage policy) adalah
kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi atau mengendalikan
tingkat kenaikan harga-harga, upah nominal, dan bentuk-bentuk pendapatan
lainnya. Contoh : kebijakan upah minimum (minimum wages policy) (di
Indonesia UMR), kebijakan harga tertinggi (ceiling price policy) yang
diterapkan untuk beberapa jenis barang kebutuhan pokok, kebijakan harga dasar (floor
price policy) (di Indonesia : kebijakan harga dasar gabah),dan lain-lain.10[10][11]
Jadi, kebijakan fiskal dan moneter adalah dua sejoli
yang merupakan alat utama bagi perencanaan ekonomi nasional untuk mengendalikan
keseimbangan makro perekonomiannya.11[12]
4. Kebijakan
Ekonomi Internasional
Kebijakan ekonomi internasional (international
economic policy) adalah kebijakan yang ditunjukan untuk mempengaruhi posisi
keuangan dan moneter dari suatu negara. Di dalam kelompok ini termasuk
kebijakan perdagangan (commercial policy) seperti tarif, kuota, dan
lain-lain, dan kebijakan nilai tukar (exchange rate policy) seperti
kebijakan devaluasi dan revaluasi.
Berbagai jenis kebijakan makroekonomi tersebut di atas
memiliki beberapa tujuan atau sasaran, atau yang sering disebut sebagai tujuan
kebijakan makroekonomi (macroeconomic policy goals), yaitu : (1)
terciptanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi (high levels of employment
atau full employment) atau terciptanya tingkatan pengangguran yang serendah
mungkin (low unemployment rate; (2) terciptanya setabilitas harga (price
stability) atau tingkat inflasi yang relative rendah (low inflation rate);
(3) terciptanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan (high
rates and sustained economic growth); (4) terciptanya keseimbangan di dalam
neraca pembayaran internasional (balance of payment equilibrium) atau
disebut juga keseimbangan eksternal (external balance) dan stabilitas
dalam nilai tukar mata uang (stability in exchange rate); dan (5)
terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata (a more equal
distribution of income) (Edgmand, 1987 : 7-9; Salvatore, 1995 : 547).
Tujuan yang ketiga yaitu terciptanya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan (high rates and sustained
economic growth) dianggap merupakan tujuan makroekonomi yang amat penting
dan menjadi prakondisi bagi tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan makroekonomi
yang lainnya. Dalam istilah populernya, pertumbuhan ekonomi sering
disebutsebagai syarat perlu (necessary condition),
walaupun bukan merupakan syarat cukup (sufficient condition).12[13]
B. Fungsi Investasi, Tabungan dan Konsumsi dalam
Pendekatan Ekonomi Islam
Zakat adalah “pajak” (pembayaran) bercorak khusus yang
dipungut dari harta bersih seseorang, yang harus dikumpulkan oleh negara dan dipergunakan
untuk tujuan-tujuan khusus, terutama berbagai corak jaminan sosial. Zakat akan
mendorong investasi langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, dengan
dikenakan zakat terhadap kekayaan maka kekayaan yang ditabung akan segera
diaktifkan atau diinvestasikan. Secara tidak langsung, dengan meningkatnya
barang-barang dan jasa-jasa pokoksebagai akibat meningkatnya pendapatan
fakir-miskin maka permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa pokok akan
meningkat. Meningkatnya barang dan jasa ini akan merangsang produksi
barang-barang dan jasa-jasa tersebut, yang berarti meningkatnya investasi
terutama terhadap barang-barang dan jasa-jasa pokok.13[14]
Dalam konsep ekonomi Islam, fikih zakat menyebutkan
bahwa sistem zakat berusaha untuk mempertemukan pihak surplus muslim dengan
pihak devisit muslim. Hal ini dengan harapan terjadi proyeksi pemerataan
pendapatan antara surplus dan devisit muslimatau bahkan menjadikan kelompok
yang devisit (mustahik) menjadi surplus (muzakki).
Zakat sendiri bukanlah suatu kegiatan yang semata-mata
untuk tujuan duniawi, seperti distribusi pendapatan, stabilitas ekonomi, dan
lainnya tetapi juga memiliki implikasi untuk kehidupan di akhirat. Hal inilah
yang membedakan kebijakan fiskal dalam Islam dan kebijakan fiskal dalam ekonomi
pasar.14[15]
Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi Islam tentu
berbeda dengan fungsi investasi dengan menggunakan ekonomi
konvensional. Perbedaannya karena fungsi investasi di ekonomi konvensional
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, hal itu tentu tidak berlaku dalam
pendekatan ekonomi Islam.
C.
Sirkulasi Aliran Pendapatan Perekonomian terbuka (Ekspor, Impor,dan Pengeluaran Agregat).
Perekonomian terbuka atau perekonomian
empat sektor adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan impor
dengan negara-negara lain di dunia ini, karena kegiatan ekspor dan impor
merupakan bagian yang pentingnya dalam kegiatan setiap perekonomian. Dalam
ekonomi yang melakukan perdagangan luar negeri, aliran pendapatan dan
pengeluaran dapat dijelaskan sebagai berikut : apabila aliran aliran pendapatan
dan pengeluaran diperhatikan maka akan didapati bahwa aliran yang berlaku dalam
perekonomian terbuka adalah berbeda dengan perekonomian tiga sector sebagai
akibar dari wujudnya kegiatan ekspor dan impor.
Sebagaimana dari penjelasan sebelumnya,
bahwa ekspor dan impor mempengaruhi kegiatan dalam suatu perekonomian dan
sirkulasi pendapatan yang berlaku. Penggunaan faktor-faktor produksi oleh
sector perusahaan akan mewujudkan aliran pendapatan ke sector rumah tangga.
Aliran pendapatan ini meliputi gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan
lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian
terbuka pengeluaran agregat meliputi lima jenis pengeluaran, yaitu :
1.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga k eats
barang barang yang dihasilkan didalam negeri. (Cdn)
2.
Investasi perusahaan (I) untuk menambah
kapasitas sector perusahaan menghasilkan barang dan jasa.
3.
Pengeluaran pemerintah ke atas barang
dan jasa yang diperoleh didalam negeri. (G)
4.
Ekspor, yaitu pembelian Negara lain ke atas
barang buatan perusahaan-perusahaan didalam negeri. (X)
5.
Barang impor, yaitu barang yang dibeli
dari luar negeri. (M)
Dengan demikian komponen pengeluaran
agregat dalam perekonomian terbuka adalah pengeluaran rumah tangga ke atas
barang buatan dalam negeri, investasi, pengeluaran pemerintah, pengeluaran ke
atas barang buatan dalam negeri (ekspor).
Pengeluaran agregat ini tersebut (AE)
dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus : AE = Cdn + I + G + X + M.15[16]
D. Faktor-Faktor Penentu Ekspor Impor
1.
Faktor-faktor
yang Menentukan Ekspor
Suatu Negara dapat mengekspor barang
produksinya ke Negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan
mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat
memenuhi keperluan dalam negeri. Ada faktor terpenting yang menentukan ekspor
suatu Negara yaitu kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan
barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan
kemerosotan pada ekspor, yaitu bias terjadinya perubahan cita rasa penduduk
luar negeri, merosotnya keupayaan bersaing di pasar luar negeri serta terjadi
permasalahan ekonomi yang sedang dialami diluar negara.
2.
Faktor-faktor yang Menentukan Impor.
Impor suatu Negara dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan, semakin .banyak impor
yang akan dilakukan. Inflasi juga dapat menyebabkan secara keseluruhan barang
buatan dalam negeri menjadi lebih mahal. Serta kemampuan suatu Negara
menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan perubahan impor terhadap tingkat pendapatan nasional.16[17]
E. Syarat Keseimbangan Perekonomian Terbuka
Syarat keseimbangan dalam perekonomian
terbuka :
1. Efek perubahan ekspor dan impor terhadap keseimbangan pendapatan.
2. Suatu contoh angka untuk menunjukan keseimbangan dalam perekonomian terbuka
dan perubahan keseimbangan tersebut.
Keseimbangan pendaparan nasional akan
dicapai apa keadaan dimana :
1. Penawaran agregat sama dengan pengerluaran agregat.
Dalam perekonomian terbuka barang dan
jasa yang diperjual-belikan di dalam negeri terdiri dari dua golongan barang,
yaitu :
a.
Yang di produksi di dalam negeri dan
meliputi pendapatan nasional (Y)
b.
Yang di impor dari luar negeri.
Dengan demikian dalam perekonomian terbuka
penawaran agregat (AS) terdiri dari pendapatan nasional (Y) dan impor (M),
dalam rumus : AS = Y + M
Sirkulasi aliran pendapatan dalam
perekonomian terbuka telah menunjukkan bahwa pengeluaran agregat (AE( meliputi
lima komponen berikut : pengeluaran rumah tangga ke atas barang produksi dalam
negeri (Cdn), investasi swasta (I), pengeluaran pemerintah (G), ekspor (X), dan
pengeluaran k eats impor (M), dalam rumus : AE = Cdn + I + G + X + M.
Pengeluaran rumah tangga terdiri dari
pengeluaran ke atas barang dalam negeri (C) dan pengeluaran ke atas barang
impor. Maka dalam perekonomian terbuka berlaku persamaan berikut : C = Cdn +
M atau AE = C + I + G + X
Dalam setiap perekonomian keseimbangan
pendapatan nasional dicapai apabila penawaran agregat (AE). Dengan demikian,
dlam perekonomian terbuka keseimbangan pendapatan nasional akan tercapai
apabila : Y + M = C + I + G + X atau Y = C + I + G + ( X –
M )
2. Suntikan dan bocoran dalam
perekonomian terbuka
Dalam pendekatan suntikan bocoran,
keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka dicapai dalam
keadaan berikut : I + G + X = S + T + M
Untuk menentukan keseimbangan pendapatan
nasional dalam perekonomian terbuka diperlukan pencapaian dalam kesamaan, yaitu
pendapata nasional (Y) yang telah dikurangi oleh pajak pendapatan perusahaan
serta pendapatan nasional yang mengalir ke sector rumah tangga dikurangi pula
oleh pajak pendapatan individu. Sisa yang diperoleh merupakan pendapatan
disposebel (Yd). maka dengan rumus : Yd = Y – Pajak perusahaan – Pajak
Individu Atau Yd = Y – T
Pendapatan disposebel tersebut digunakan
untuk tujuan-tujuan :
a. Untuk membeli barang buatan dalam negeri dan barang impor, dengan
rumus : C = Cdn + M
b. Untuk di tabung (S)
Maka dari pernyataan tersebut,
yaitu Yd = C + S. Oleh karenaYd = Y – T, maka dalam ekonomi
terbuka berlaku persamaan : Y – Y = C + S atau Y = C + S +
T
Dimana C adalah pengeluaran rumah tangga
untuk membeli barang dalam negeri dan barang impor.Mengenai keseimbangan
mengikut pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat menunjukan bahwa
keseimbangan di capai apabila : Y = C + I + G + ( X – M )
Dengan demikian dalam perekonomian
terbuka yang mencapai keseimbangan pendapatan nasional berlaku kesamaan : C
+ I + G + ( X – M ) = C + S + T Atau I + G + X = S + T + M.17[18]
F. Keseimbangan Dalam Perekonomian Terbuka
Ada pernyataan mengenai keseimbangan
pendapat nasional dalam perekonomian terbuka, yaitu apabila dimisalkan
perekonomian tersebut terdiri dari tiga sector, keseimbangan pendapat nasional
akan dicapai pada keadaan Y = C + I + G. Dan apabila perekonomian ini berubah
menjadi ekonomi terbuka, akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor
dan impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat manakala impor akan
mengurangi pengeluaran agregat. Dengan demikian, apabila perekonomian berubah
dari ekonomi tertutup ke ekonomi terbuka, pengeluaran agregat akan bertambah
semakin banyak Ekspor Neto, yaitu sebanyak ( X – M ). Nilai Ekspor Neto ini
perlu ditambahkan kepada fungsi pengeluaran agregat untuk perekonomian tertutup
( AE = C + I + G ). Dan akan diperoleh fungsi pengeluaran agregat
untuk ekomoni empat sector, yaitu AE = C + I + G + ( X – M ).
Akibat dari perubahan keseimbangan
pendapatan nasional ini menyebabkan pendapatan nasional meningkat (pendapatan nasional
dalam perekonomian tertutup) menjadi pendapatan nasional untuk perekonomian
terbuka. Dan bahwa fungsi AE = C + I + G + ( X – M ) tidak sejajar dengan AE =
C + I + G dan dengan konsumsi (C). Keadaan demikian berlaku karena impor (M)
nilainya sebanding dengan pendapatan nasional, maka fungsi dari AE = C + I + G
+ ( X – M ) lebih landai.
Misalkan keseimbangan pendapatan
nasional menurut pendekatan bocoran yaitu, jika apabila ekonomi terdiri dari
tiga sector maka perubahan dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
terbuka, menyebabkan :
a.
Suntikan bertambah sebanyak X, dari I +
G menjadi I + G + X. perubahan sejajar karena ekspor adalah pengeluaran
otonomi.
b.
Bocoran bertambah sebanyak M, dari S + T
dan semakin menjauhi S + T karena M adalah pengeluaran terpengaruh (sebanding
dengan pendapatan nasional).18[19]
G.
Perubahan-Perubahan Keseimbangan
Perubahan yang terjadi pada pengeluaran
rumah tangga,perubahan komponen-komponen suntikan (I, G, dan X) dan perubahan
komponen-komponen bocoran (S,T, atau M) akan menimbulkan perubahan ke atas
keseimbangan pendapatan nasional. Kenaikan dalam pengeluaran rumah tangga,
investasi, pengeluaran pemerintah atau ekspor akan menaikkan pendapatan
nasional. Kenaikan pengeluaran agregat juga akan menimbulkan proses multiplier
sehingga pada akhirnya menyebabkan pertambahan pendapatan nasional adalah lebih
besar dari pertambahan pengeluaran agregat yang berlaku. Dalam ekonomi empat
sector nilai multiplier adalah lebih kecil dari dalam ekonomi tiga
sector.sebabnya adalaha karena dalam perekonomian terbuka misalkan impor adalah
sebanding dengan pendapatan nasional, yaitu persamaan impor adalah M = m Y.
Nilai m menyebabkan tingkat ‘kebocoran’ (presentasi dari pertambahan pendapatan
nasional yang tidak dibelanjakan kembali untuk menimbulkan proses multiplier
selanjutnya) menjdi bertambah.
Perubahan komponen yang meliputi bocoran
(S, T, atau M) akan menimbulkan akibat yang sebaliknya dari yang ditimbulkan
oleh komponen pengeluaran agregat. Kenaikan tabungan, atau pajak atau impor
akan mengurangi pendapatan nasional. Proses multiplier akan menyebabkan
pendapatan nasional berkurang lebih besar dari kenaikan kebocoran.19[20]
[1]Abdul Wadud
Nafis, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), 80.
[2]Eko
Suprayitno, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005),
71.
[3]Nurul
Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta:
Kencana, 2008), 53.
[4]Eko, Ekonomi
Islam, 71.
[5]Nurul
Huda, Ekonomi Makro Islam, 53-54
[10]Muana
Nanga, Makro Ekonomi, 180-181.
[19]
.................................211-213